Sabtu, 08 September 2012

Gadis Hujan Mario #1


*  *  *  *  *

Langit di atas sana masih saja tak mau berkompromi agar tak selalu muram. Awan-awan kumulus yang semakin tebal dan menghitam itu mulai bergemuruh liar. Seperti dengkuran orang dewasa yang sedang tidur. Menggantung, bergerumul, membentuk koloni besar. Namun, gadis itu masih tetap tersenyum dan berdiri di tempat yang sama. Seolah tak perduli saat langit yang menghitam mulai menerjunkan titik-titik air. Titik yang semula tenang dan dalam hitungan sepersekian menit menjadi kian ganas.

“Dia lagi!”. Rio menyesap coklat panasnya. Matanya masih asyik memperhatikan gadis aneh –begitu Rio menyebutnya- yang selalu muncul didepan rumahnya saat hujan akan turun. Dan akan menghilang seiring redanya hujan. “Apa dia punya kenangan hebat waktu hujan?”,Rio kembali bergumam. Ah, gadis aneh itu benar-benar membuatnya penasaran.

Tok tok tok! “Permisi tuan, bibi boleh masuk?”. Dua suara yang berbeda tapi terdengar bersamaan itu membuat Rio terperanjat. Tampaknya ia terlalu asyik memperhatikan si gadis aneh tadi.

“Masuk!”.

“Maaf mengganggu tuan, dilu—”

“Bibi kenal gadis itu?”,Rio menyela ucapan pembantunya itu seraya menunjuk ke luar jendela. Tentunya ke arah gadis yang sedang menikmati hujan diluar sana.

Bi Rasti pun menoleh ke arah yang ditunjuk tuan mudanya. Ia tersenyum saat mengetahui apa atau siapa yang berdiri di luar sana. Sepertinya Bi Rasti mengenal gadis itu. “Dia Ashilla tuan. Rumahnya ada di ujung kompleks ini. Dia memang sangat menyukai hujan”,jawab Bi Surti. “Memang kenapa tuan?”

Rio menyembunyikan senyumnya dengan memunggungi Bi Rasti. Entah kenapa, Rio sedikit senang mendengar informasi yang baru ia dapatkan. “Oh ya, tadi bibi mau ngomong apa?”,tanya Rio tanpa menjawab pertanyaan terakhir bi Rasti.

“Oh, itu tuan. Di luar ada nona Alyssa, katanya mau ketemu tuan.”

Alis Rio bertaut, Alyssa? “Ify ada disini, Bi?”

Bi Rasti mengangguk kecil.

*  *  *  *  *

“Iya, gue inget banget. Abis itu lo langsung ngumpet di belakang kak Rio, kan?”

“Iyyy—”,Ify menggantungkan kalimatnya saat melihat tubuh jangkung Rio berdiri di belakang Cakka. “RIO!”,teriak Ify kegirangan. “Long time no see..”

Cakka berdehem pelan. “Gue permisi ke luar dulu ya, mau main.”. Begitu Cakka berjalan melewati Rio, ia mendengar bisikan pelan dari kakaknya itu, “Mau kemana?”. Cakka menatap kakaknya lalu tersenyum. “Gue mau elo beresin semuanya,kak.”,sahut Cakka sama pelannya lalu melirik jam tangan yang melingkar dipergelangannya, “Lagian gue ada janji sama si sipit.”

Rio menatap punggung Cakka yang semakin menjauh. Sedikit demi sedikit luka lama itu kembali menyeruak. Terlebih saat Rio benar-benar harus berhadapan langsung dengan gadis masa lalu nya ini. Gadis yang dulu pernah menorehkan luka tersendiri di hatinya. Kenapa gadis ini harus kembali?

“Rioo, kok bengong sih? Lo ngga kangen sama gue, hah?”,tanya Ify agak kesal. Apalagi saat Rio benar-benar tidak menggubrisnya dan asyik melamun. “RIOOOO! Gue pulang nih kalo lo cuekin terus!”,ancam Ify. Tapi nihil, Rio hanya menatapnya dingin. Ini tidak seperti yang Ify bayangkan sebelumnya. Tak ada senyuman bersahabat apalagi dekapan hangat seperti yang ia harapkan dari Rio.

Setelah menunggu cukup lama Rio tampak membuka mulutnya, hendak mengatakan sesuatu. Ify pun tersenyum. Tapi senyumnya kembali pudar mendengar kalimat yang Rio lontarkan tanpa intonasi. Hanya satu kalimat singkat yang terdiri dari tiga kata dan delapan silabel. Tapi lebih dari cukup untuk membuat hati Ify tak berbentuk lagi. “Elo ngapain disini?”

*  *  *  *  *

Cakka baru saja memasuki halaman rumah Alvin, sahabat karibnya sejak SMP. BRUKK! Tiba-tiba ada yang menabrak Cakka dari belakang, menyebabkan laki-laki tampan itu hilang keseimbangan dan jatuh.

Cakka membuka mulutnya hendak protes, tapi urung saat melihat sosok cantik yang berdiri di hadapannya. Gadis itu mengulurkan tangannya. Ya, Cakka mengenalnya. Dia Shilla, saudara kembar Alvin.

“Aduh , sorry yaa. Gue ngga sengaja. Sorry bangeeett..”,ucapnya setelah membantu Cakka berdiri. “Lo gak kenapa-napa kan?”

Cakka mengangguk. Matanya sibuk memperhatikan Shilla dari atas ke bawah. Tubuhnya basah kuyup. “Kamu darimana, Shil?”,tanya Cakka. Terselip nada khawatir di dalamnya.

Shilla tersenyum. “Abis nikmatin hujan.”,jawab Shilla lalu memejamkan matanya dan menghirup udara disekitarnya. Cakka memanfaatkan kesempatan ini untuk memperhatikan setiap lekuk wajah cantik itu. Beberapa detik kemudian , Shilla kembali membuka matanya dan menatap Cakka. “Lo kesini... Cari Alvin,Kka?”

Cakka mengangguk. “Siapa lagi? Masa nyokap lo?”, Cakka terkekeh membuat Shilla ikut tertawa pelan. “Ya, siapa tau aja lo nyariin gue gituu...”,Shilla menyahut sambil menunjuk dirinya sendiri diikuti cengiran khasnya.

Cakka menelan ludahnya. Ucapan Shilla tepat sasaran. Sebenarnya Cakka rajin datang ke rumah Alvin bukan hanya sekedar mengunjungi Alvin, tapi juga sebagai alasan agar dapat melihat Shilla.

“Heh! Kok bengong? Masuk yuk! Dingin nih..”,ajak Shilla. Cakka kembali dari alam bawah sadarnya. Shilla bisa baca pikiran gue ngga ya? Batin Cakka ketar-ketir. Tak lama, Cakka menyusul Shilla yang sudah masuk kerumahnya lebih dulu.

*  *  *  *  *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar